Senin, 25 April 2011

lonely men's stories in the rainy night

Ketika malam hujan mereka duduk merapat, saling menodongkan muka masing-masing. Disangga bangku kayu kecil usang untuk ruang bernafas tubuh-tubuh besar mereka.
Ketika malam hujan mereka duduk merapat, berbagi. Berbagi yang mereka punyai dan apa yang kantong mampu bawa. Berbagi sigaret hasil keringat sendiri atau hasil pemberian orang tua, kopi yang terlalu manis, guyonan jenaka, lelucon yang tak menimbulkan tawa, atau visi masa depan khas seorang calon pemimpin muda yang masih bau bawang.
Ketika malam hujan mereka duduk merapat, dan tentu saja mereka saling bertukar cerita. Cerita, bukan gosip karena tak tepat menyelipkan kata tersebut dalam kalimat bersubyek pria. Bertutur panjang lebar, karena lidah tidak bertulang, tentang miniatur dunia politik, olahraga di kala sore, mahasiswi yang menjadi buah bibir, atau rencana-rencana sempurna yang tak kunjung terealisasi. Di tengah operet meja itu sesekali mereka berkelakar, memaki musisi amatiran yang sedang menari dengan alat musiknya, menginjak puntung rokok putihan yang dijatuhkan dengan sandal, dan menyeruput ampas kopi yang telah dicampur dengan cola. Terpenting ini bukan ruang kuliah yang dikendalikan dengan supremasi penuh seorang widyaiswara atau forum kecil dalam arisan ibu-ibu dasawisma. Ini ruang dan waktu di mana mereka bebas menyuarakan rasa dan apa itu mereka.

A true friend stabs you in the front.
Oscar Wilde


Berikutnya saya beranjak, mengitari setengah lingkaran di luar sebuah bangunan tanpa tembok penuh hiruk pikuk saat saya berpapasan dengan seorang yang selalu saya harap kedatangannya dan selalu saya kagumi cara duduknya ketika sedang menerawang tetapi syaraf seluruh tubuh seperti memerintahkan agar saya terjungkal ketika melihatnya, mati kaku. Sehingga saya terpaksa menetralisirnya hanya dengan menyapanya cepat dan bergegas berlalu untuk menyembunyikan gesture salah tingkah seluruh rangkaian sendi. Sebenarnya saya ingin sekali merebut mikrofon presenter acara di bangunan tanpa tembok penuh hiruk pikuk tadi untuk bernyanyi seperti seorang pria dengan rokok di antara jemarinya yang dengan mental baja berkata pada pasangannya, "gue cuma bilang, gue sayang kamu,". semantara waktu itu yang saya lakukan hanya melihat bayangannya yang tidak jelas sambil pura-pura melihat aksi pria dengan rokok di antara jemarinya, hahaha, konyol dan menyedihkan sekali (saya). Saya ingin dan ingin bernyayi.

I swam across 
I jumped across for you 
Oh all the things you do 
Cause you were all yellow

Yellow-Coldplay

Hidup di perantauan itu menguras emosi. Bayangkan anda memiliki keponakan kecil yang lucu tapi hanya anda pandangi fotonya di layar telefon karena ibunya gaptek, orang tua yang tak terdengar lagi gurauan  maupun nada marahnya di mukamu, Atau senandung kekasih hati di kota yang jauhnya ratusan mil dari kamar kosanmu (tidak terjadi dalam kasus saya). Karena itu semua kita duduk bersama, berbagi malam panjang dalam rangkaian panjang hari perantaun kita, tumpahkan semua ceria yang masih tersisa setelah di gerus rutinitas perjuangan kita untuk tetap berkalung warna ketika memasuki gedung perkuliahan, ketidaksamaan persepsi kehidupan muda kita dangan 'mereka', atau romansa untuk pria tanggung seusia kita.

Dan untuk seorang sahabat yang sedang memulai semuanya dari awal lagi, Ayo ikutlah kami bernyanyi lebih keras di jalanan setelah gerimis reda.

The crest and crowning of all good, life's final star, is Brotherhood.
Edwin Markham

Senin, 11 April 2011

Sincere Enviously

Saya iri, saya menggerutu, saya mengumpat pelan, saya mengumpat lebih keras, dan akhirnya saya terdiam, berpikir sejenak dan mendengusi segelas plastik kopi mutasi yang bercumbuan dengan udara pagi tanggung kota bodoh yang tidak bisa dibayangkan banyaknya materi polusi yang dikandungnya.Hal-hal yang tidak pernah mau saya ketahui ketika celana abu-abu masih membungkus daerah kemaluan saat bermesraan dengan apa itu sekolah.

Seorang teman asyik bercinta dengan kreteknya di bangku pinggir lorong-lorong penuh mahasiswa freak berkalung warna-warni penuh arogansi berseliweran saat saya melemparkan visi kosong ke sepopulasi lainnya. Saya sedang iri, iri sepanjang pagi itu, iri sepanjang 6 bulan terakhir.

Saya iri kenapa golongan saya harus tertidur panjang, sementara golongan mereka, golongan mereka lainnya terus menerus eksis, mengudara! Saya sempat menyesali kenapa orang tua saya harus memboyong tubuh bayi saya puluhan kilometer ke timur sehingga saya tidak sempat tumbuh lebih lama di tempat saya dilahirkan. Namun saya sadar itu harus dilakukan demi membeli sekaleng susu untuk menyumpal mulut kecil saya yang terus merengek menyebalkan dan untuk kehidupan yang lebih baik seperti di hari saya menggerutu. Kita hidup di dunia riil bukan dunia prefek yang hanya tayang di otak kita. Kamar kosan dengan nomor-nomor keperakan berisi teman teman seperjuangan, segolongan, itulah spirit saya untuk terus bertarung.

"Saya lebih suka mengalahkan sekumpulan bintang daripada bergabung dengan mereka."


Michael Ballack


Siempre lucha Amigos!!


Saya masih leka beriri ria di atas kayu yang dipaksa membentuk bangku pada tengah hari itu, tetapi dengan chapter yang berbeda, lebih hormonal. Homo homini lupus selalu menjiwai hampir seluruh sendi kehidupan manusia. Sikut-sikutan berebut jabatan, berkejaran mencari costumer untuk mengisi bangku kosong angkot, sampai meludahi kawan dalam mencari muka di hadapan dosen adalah bukti.

"One of the oldest human needs is having someone to wonder where you are when you don't come home at night."

Margaret Mead


Saya sependapat dengan wanita diatas dan mungkin usia saya telah beranjak seperti kriteria umur yang ia maksud. Homo homini lupus juga pasti memainkan perannya dalam masalah ini. Seorang wanita di benak saya tidak mendekati pria, tetapi sebaliknya lah yang harusnya terjadi. Pria saling berkompetisi, bak merak di musim kawin, saling mengedarkan anggun ekornya, bagai domba di musim panas, saling menghantamkan momentum tanduknya. Selanjutnya biarkan mahkluk-mahkluk venus itu yang menilai. Mereka pasti lebih suka otot besar, tabungan besar, atau motor besar daripada perut besar. Saya tidak naif. Namun celakanya saya seperti berada di dasar piramida makanan untuk hal-hal seperti itu. hahaha, terdengar seperti menertawakan diri sendiri.

"Kami para wanita gak butuh pria yg kaya gila2an, wanita cuma butuh kepastian"


Seorang Teman SMA


Seperti cannabis sativa, ada sesuatu yang disebut ikhlas. Ikhlas secara nyata maupun dengan ikhlas hidup di dunia mimpi yang sempurna sementara bumi sebenarnya sedang berputar ketika kau melihat mimpimu yang sempurna sedang diperankan oleh orang lain.



Blogger news

Photobucket