Senin, 11 April 2011

Sincere Enviously

Saya iri, saya menggerutu, saya mengumpat pelan, saya mengumpat lebih keras, dan akhirnya saya terdiam, berpikir sejenak dan mendengusi segelas plastik kopi mutasi yang bercumbuan dengan udara pagi tanggung kota bodoh yang tidak bisa dibayangkan banyaknya materi polusi yang dikandungnya.Hal-hal yang tidak pernah mau saya ketahui ketika celana abu-abu masih membungkus daerah kemaluan saat bermesraan dengan apa itu sekolah.

Seorang teman asyik bercinta dengan kreteknya di bangku pinggir lorong-lorong penuh mahasiswa freak berkalung warna-warni penuh arogansi berseliweran saat saya melemparkan visi kosong ke sepopulasi lainnya. Saya sedang iri, iri sepanjang pagi itu, iri sepanjang 6 bulan terakhir.

Saya iri kenapa golongan saya harus tertidur panjang, sementara golongan mereka, golongan mereka lainnya terus menerus eksis, mengudara! Saya sempat menyesali kenapa orang tua saya harus memboyong tubuh bayi saya puluhan kilometer ke timur sehingga saya tidak sempat tumbuh lebih lama di tempat saya dilahirkan. Namun saya sadar itu harus dilakukan demi membeli sekaleng susu untuk menyumpal mulut kecil saya yang terus merengek menyebalkan dan untuk kehidupan yang lebih baik seperti di hari saya menggerutu. Kita hidup di dunia riil bukan dunia prefek yang hanya tayang di otak kita. Kamar kosan dengan nomor-nomor keperakan berisi teman teman seperjuangan, segolongan, itulah spirit saya untuk terus bertarung.

"Saya lebih suka mengalahkan sekumpulan bintang daripada bergabung dengan mereka."


Michael Ballack


Siempre lucha Amigos!!


Saya masih leka beriri ria di atas kayu yang dipaksa membentuk bangku pada tengah hari itu, tetapi dengan chapter yang berbeda, lebih hormonal. Homo homini lupus selalu menjiwai hampir seluruh sendi kehidupan manusia. Sikut-sikutan berebut jabatan, berkejaran mencari costumer untuk mengisi bangku kosong angkot, sampai meludahi kawan dalam mencari muka di hadapan dosen adalah bukti.

"One of the oldest human needs is having someone to wonder where you are when you don't come home at night."

Margaret Mead


Saya sependapat dengan wanita diatas dan mungkin usia saya telah beranjak seperti kriteria umur yang ia maksud. Homo homini lupus juga pasti memainkan perannya dalam masalah ini. Seorang wanita di benak saya tidak mendekati pria, tetapi sebaliknya lah yang harusnya terjadi. Pria saling berkompetisi, bak merak di musim kawin, saling mengedarkan anggun ekornya, bagai domba di musim panas, saling menghantamkan momentum tanduknya. Selanjutnya biarkan mahkluk-mahkluk venus itu yang menilai. Mereka pasti lebih suka otot besar, tabungan besar, atau motor besar daripada perut besar. Saya tidak naif. Namun celakanya saya seperti berada di dasar piramida makanan untuk hal-hal seperti itu. hahaha, terdengar seperti menertawakan diri sendiri.

"Kami para wanita gak butuh pria yg kaya gila2an, wanita cuma butuh kepastian"


Seorang Teman SMA


Seperti cannabis sativa, ada sesuatu yang disebut ikhlas. Ikhlas secara nyata maupun dengan ikhlas hidup di dunia mimpi yang sempurna sementara bumi sebenarnya sedang berputar ketika kau melihat mimpimu yang sempurna sedang diperankan oleh orang lain.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogger news

Photobucket