Minggu, 09 Desember 2012

Touring AGK: Baluran



Perayaan kelulusan kami resmi digeber. Pagi 18 Oktober 2012, Kloter Matarmaja yang digawangi Pinto, Mekel, Ajay, Billy, Galuh, Okta, Vio, dan Essa telah sampai di Malang, siap bergabung dan melanjutkan perjalanan ke Jember dengan Arek-Arek Malang: Yusa, Tam, dan Koh juga Duet Iwun dan Jipong yang naik motor dari Klaten dan Solo, serta Irwan yang sebatang kara motoran dari Bojonegoro. Malam harinya tamu-tamu brutal saya ini sudah parkir di depan rumah sambil pasang muka muka senyum, seperti menyiratkan rasa lapar. Berikutnya menyusul Ferry dan Aji (Ndes) yang naik Logawa dari Jogja, dengan dijemput Angga mereka sampai rumah dengan selamat. Setelah keluar sebentar untuk sekedar mencari angin malam di depan Kampus UNEJ, akhirnya kami istirahat tidur untuk bersiap-siap menghadapi trip pertama esok.


Berserakan di atas ranjang, kasur gelaran, amben, sofa, karpet, apa saja
 yang layak dipergunakan tidur di rumah.

Pagi harinya, 19 Oktober, kami membagi diri dalam 2 kelompok mobil. Mobil Panther berisi Pak Harto sebagai sopir, saya sebagai navigator asal-asalan, dan beranggotakan Billy, Tam, Irwan, Iwun, Pinto, dan Yusa. Mobil ELF dihuni Pak Sopir yang saya lupa namanya, Angga sebagai navigator yang lebih hapal jalan daripada saya, dan anggota sisanya. Untuk menuju Baluran kami menempuh jalur Jember, Bondowoso, dan Situbondo sampai menjelang perbatasan Banyuwangi. Tarif masuk kalau tidak salah Rp2500,00 per orang atau Rp6000,00 per mobilnya. Jarak dari gerbang pertama sampai pos Bekol (daerah penginapan dekata savannah) adalah 9km dan ditambah 3km lagi ke Pos Bama (daerah penginapan kami, dekat pantai).


Medan jalan yang kami lewati ternyata jalan penuh kerikil, siap menguji performa kendaraan kami, terbayang jika kami naik motor, pasti yang jarang berkendara jauh cukup direpotkan. Sampai di Bekol kami naik ke Pos pengamatan agar bisa mendapat view yang lebih luas dalam mengamati padang rumput lalu istirahat sejenak sembari salat dhuhur dahulu. Nyatanya kami datang di saat musim kemarau panjang, sehingga udara cukup panas, dan apakah ada hubunganya, kami gagal menemui seekor banteng pun siang itu, hanya merak yang hinggap di pepohonan yang menjadi pelipur lara kami.

Sepertinya kami yang diamati banteng dari bawah sana.


Sayangnya bukan banteng.

 Tengkoraknya, daripada tidak sama sekali

peacocking

Perjalanan kami lanjuti untuk mencapai Pantai Bama. Sebelum masuk pantai kami memasuki kawasan Evergreen, hutan hijau segala musim, dan this is it, sampai di garis finish, cottage dipinggir pantai, aloha!. Kami menyewa cottage yang sebenarnya over capacity dalam menampung kami, jadilah kami bersiap-siap tidur serampangan malam nanti. Setelah menaruh bawang bawaan kami menghambur ke pantai, nangkring di atas pepohonan, bermain gitar, 'berenang', dan 'memancing teripang'. Menjelang petang kami semakin kreatif: 'snorkling', ber-kanu, dan main latihan militer di tengah samudra, bahkan salah satu dari kami menahbiskan diri menjadi semacam juru selamat.


RHCP - Scar Tissue

This Is Bama !!


Bersama Ekspatriat Muda 

 
 Berharap snorkling

Buat Geng :')
Sang Juru Selamat

Setelah bersih diri petang hari kami siap mengisi perut. Bahkan kami bisa makan soto dan nasi goreng karena ajaibnya ada kantin yang buka sampai malam di sini. Kami diberi tahu bahwa menjelang tengah malam listrik bakal dipadamkan karena bertumpu pada diesel. Akhirnya kami berinisiatif membuat api unggun. Api unggun jadi, acara dilanjutkan dengan acara khas nyanyi diiringi gitar dan beberapa orang uniknya lebih memilih bermain kartu di dalam cottage. Sepertinya hampir semua lagu di dunia habis dimedley Essa diiringi vokal Saya, Iwun, dan Jipong yang hancur lebur. Lelah, kami berempat pun berinisiatif menggotong selimut dan bantal, membentuk formasi kelonan di atas pasir pantai, di bawah pohon beratap langit penuh bintang, tentram.
tradisi


Paginya beberapa orang termasuk saya bangun pagi-pagi demi mendapat sunset, karena habis kesabaran menunggu, persetan dengan sunset, saya mandi pagi! Sudah ganteng dan wangi saya ajak anak-anak yang sudah bangun untuk ekspedisi lanjutan dan tetap hasilnya nihil, sepertinya teori banteng bobok di hutan di kala ada matahari benar adanya. Demi menghemat waktu karena masih banyak destinasi menati kami pun berangkat meninggalkan cottage, beranjak menuju Savannah, berharap keberuntungan banteng-banteng dapat menghadiri wisuda kami di sana. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat di tolak, sepertinya sang banteng ada rapat di luar negeri sehingga tak dapat menghadiri prosesi wisuda yang kami gelar di bawah matahari terik Savannah.

 Tanpa dan ada banteng kami tetap wisuda.


19-20 Oktober: Baluran!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogger news

Photobucket