Sabtu, 12 Januari 2013

Touring AGK: Tanjung Papuma



Ketika merantau dan jadi berkesempatan jalan-jalan ke pantai orang, saya baru tersadar bahwa pantai-pantai di Jember yang sering saya kunjungi itu jauh lebih eksotis. Gak bisa ngejelasin detailnya, notabene saya bukan ahli perpantaian, pokoknya lebih enak dilihat dan lebih asik buat mainan.


Pagi 20 Oktober 2012, rombongan karnaval orang-orang pemburu kenikmatan liburan ini bertolak dari Baluran, Africa van Java, setelah dadah dadah pada sekawanan banteng yang tak terlihat wujudnya. Sebagian besar letih sehingga di Panther kami sudah hilang suaranya berganti dengan dengkur yang bersahutan. Kami bergerak dari pantai utara heading ke pantai selatan melewati Situbondo, Bondowoso, dan Jember. Saya yakin dari semua anggota, cuma saya dan Angga yang pernah lewat jalur ini.

Tengah hari akhirnya kami sampai di Kota Jember Terbina, berhenti untuk cari santap siang. Setelah saya diskusi dengan Angga sebagai sesama tuan rumah, akhirnya kami sepakat untuk andok di P*ngestu Lalapan, walaupun saya gak pernah makan di sana, dan gak yakin Angga pernah juga. Namun dengan pelbagai  pertimbangan logis dan saya teringat bahwa teman saya, sebut saja Si Ogo, sering cerita kalau dia sering delivery order di situ, saya pikir ini bukan ide yang buruk.

Akhirnya kami parkir juga di situ, P*ngestu cabang Jalan Slamet Riyadi. Siang itu suhu udara memang lagi panas, tetapi entah mengapa suhu di dalam warungnya jauh lebih panas lagi walaupun ada kipas angin yang muter-muter di atas kepala kami. Peluh menjalar di sekujur tubuh saat kami makan dan Soda gembira pun laris manis diseruput dari satu mulut ke mulut lainnya, walaupun yang pesen cuma segelintir. Terbelalak pula kami saat membayar, karena harganya juga cukup fantastis buat ukuran Jember. Entahlah ekspektasi kami yang berlebihan, yang jelas saya pasti berpikir sekali lagi kalau diajak makan di sana lagi. Pesan saya buat pembaca jangan ragu-ragu kalau mau makan di situ, Warungnya ramai kok, di Jember saja cabangnya sudah belasan, mungkin hari itu kami lagi sial saja.


must try

Cabut setelah makan, kami menjemput Brother Islah yang secara mengejutkan telah sampai di Jember untuk bergabung dengan konvoi kami menuju Pantai Papuma. Setelah menempuh sekitar satu jam perjalanan dari pusat kota menuju Kecamatan Ambulu, menjelang pukul tiga sore kami hmpir sampai di gerbang wisata pantai dan disuguhi suasana hijau dedaunan dipadu batang batang pohon yang meranggas.


di kanan dan kiri jendela

Di Kecamatan Ambulu ini sebenarnya banyak pantai indah. Selain Papuma dan Watu Ulo yang terkenal, banyak juga pantai pantai yang belum dikenal luas tapi sangat indah seperti Pantai Payangan. Kembali ke Papuma alias Pantai Putih Malikan. Tiket masuknya, lupa, sekitar idr 7000an. Setelah melewati gerbang, jalannya sedikit menanjak, dan bum! kalau sudutnya tepat kalian bisa lihat pemandangan seperti ini


papuma, boleh googling


yang ini Watu Ulo



yang ini Payangan

Sebenarnya saya bingung sama orang yang sampai pantai cuma jalan-jalan, foto-foto, makan-makan. Jauh-jauh ke pantai kalau memungkinkan seharusnya kita berenang kan, minimal basah-basahan seperti saya. Setelah jaim jaiman, akhirnya sifat kekanak-kanakan kami tak terbendung, awalnya main smack down di sekitar pasir dan akhirnya kena air juga, lanjut main ngubur Hijaz yang lagi happy birthday, main melawan ombak, dan juga permainan paling seru yang kami ciptakan: Mencari Tripang Darat! Sungguh rasa lelah kami yang gak bisa foto bareng banteng telah terobati oleh Sang Tanjung Putih Malikan ini.


perhatikan saja perahu-perahu indahnya, abaikan Iwun


namanya laut, angin pasti kenceng....



HBD Hijaz :*


perhatikan saja karang-karangya, abaikan Ajay



barisan sakit hati main tripang darat, if you know what i mean



perhatikan saja indah pantainya, abaikan Essa



Irwan ngakunya kalau fokus fotografi pantainya bisa jadi kaya gini, meeeeh


20 Oktober: Papuma!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogger news

Photobucket