sumber: hifatlobrain.net
Pagi 21 Oktober 2012, kami sudah berkemas-kemas untuk siap siap melahap rute berikutnya, Jember-Lumajang-Probolinggo, menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, lebih tepatnya lagi Gunung Bromo.
Siang harinya kami telah tiba, masuk area wisata dengan membayar tiket yang saya lupa lagi berapa nominalnya.Sialnya karena kami lewat jalur Probolinggo, bukan Malang, kami diharuskan berhenti di semacam area central parking, sehingga kami mobil kami tidak dapat melanjutkan perjalanan lagi dan kami langsung diserbu ojek-ojek maupun sopir mobil 4x4. Karena tarifnya lebih murah, jelas kami menjatuhkan pilihan dengan naik motor. Sebenarnya kalau niat sedikit kita bisa saja berjalan melewati padang pasir menuju ke Bromo, namun berhubung di antara kami banyak yang lumayan kelelahan, lebih baik naik motor saja disamping sekaligus menghemat waktu. Selain moda transportasi yang tadi, bisa juga sih kita naik kuda, tapi sama saja kita masih harus berjalan melewati padang pasir dulu.
Yusa dan Ojek
Yusa dan Kuda
'Naik' Bromo sebenarnya lebih seperti wisata daripada petualangan, karena naik ke 'puncak' saja ada fasilitas berupa anak tangga. Bahkan tidak jarang kita bertemu dengan Kakek-Nenek yang bisa dengan selamat sentosa sampai ke mulut kawah.
ta daaa
Niat awal kami sih menginap, lalu liat sunrise, tetapi karena waktu yang sempit, akhirnya siang-siang kami tetap saja berangkat daripada tidak sama sekali. Mau ngapain aja kalau bersama kawan-kawan yang asik pasti jadi hore kan.
ini Batok, bukan bromo
mudah kan?
sayang gak ada upacara apa-apa
flying high
having fun
Girls, please, we bring you the flower of eternity
Husein Fagih, Malang dan Jember
Michael Angelo Halomoan Simboln, Pati dan Medan
Okta Hendra Setiawan, Muara Bungo
M Fajar Nugraha, Garut
Ikram Vionda, Bukittinggi
Galuh Hijaz Syam, Bogor
M Nur Febrianto, Makassar
Ikhwan Fathoni, Klaten
21 Oktober: Bromo!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar